Tak Berkategori  

Menjadi Guru Yang Profesional

Oleh: Heliswan, SP. M. Si, Sandaran Rajo/Kepala Sekolah SMKN 1 Talamau, Pasaman Barat, Sumatera Barat.

Sumbar.Kabardaerah.com— Hidup adalah pilihan, Sebagai seorang tenaga pendidik kita hanya tinggal memilih apakah kita mau untuk menggapainya.Karena bukan masalah mampu atau tidak mampu, tetapi mau atau tidak kita harus bisa menjadi seorang guru professional.Kita semua mampu untuk menjadi guru yang professional dan berkualitas, hanya tergantung kepada diri kita sendiri bagai mana mau kita.

Menjadi seorang yang ahli dalam hal mendidik generasi bangsa merupakan suatu pemberian yang luar biasa dari Allah SWT.Sungguh kenikmatan yang tidak bisa ditukar dengan materi ketika melihat anak didik menjadi seorang yang sukses.Kita merasa bahagia dan bangga ketika anak didik kita mengabarkan pada kita bahwa apa yang kita ajarkan ternyata sangat bermanfaat baginya.Kadangkala tak terasa air mata haru dan bahagia menetes dari kedua bola mata kita mengingat anugerah yang begitu besar ini.

Guru yang professional ialah guru yang bisa mengenal siapa dirinya, sehingga ia akan dengan mudah mengenal siapa anak didiknya.Dan dengan modal itu semua, ia akan mudah untuk mengantar anak didiknya menjadi pribadi yang cerdas hati, cerdas fikir dan cerdas perilaku.

Kita harus ingat bahwa tugas utama kita sebagai pendidik bukan hanya sebagai alat pentransfer ilmu pengetahuan tetapi juga harus menjadi tauladan yang baik bagi anak didiknya. Jangan sampai kita berikan paradigma yang salah pada anak didik kita. Karena tak jarang banyak guru yang sering berkata pada anak didiknya, “Nggak apa-apa nakal yang penting pintar, nilainya bagus, ujian lulus.”Saya sering merasa sedih ketika mendengar perkataan seperti itu.

Seperti yang betul perkataan itu, tapi kalau kita cermati, perkataan itu memiliki dampak yang negative. Ketika kita berkata seperti itu, berarti kita hanya akan mencetak fi’aun-fir’aun baru yang hanya mengagung-agungkan ilmu pengetahuan tanpa memahami kandungan yang tersirat didalamnya.Kita akan meluluskan orang-orang pintar tapi bodoh, mereka tak tahu apa yang mereka pelajari, mereka tak paham apa yang mereka tahu.Oleh karena itu, tidak heran kalau sekarang banyak lulusan sarjana yang pola pikirnya masih seperti anak TK.Artinya, mereka kaya dalam ilmu pengetahuan tetapi miskin dalam moral dan aqidah.Yang ujung-ujungnya ilmu yang mereka peroleh dari bangku sekolah menjadi bumerang bagi dirinya sendiri dan juga orang lain.

Guru yang professional, ialah guru yang memiliki kemampuan untuk mengantar anak didiknya, dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak bisa menjadi bisa, dari salah menjadi benar.Bukan sebaliknya, yang terjadi sekarang ini, guru datang ke sekolah hanya sekedar memenuhi absen harian agar cepat diagkat menjadi Pegawai Negeri Sipil. Tidak fokus terhadap jam yang telah ditugaskan, sering lalai,sering terlambat,pulang cepat dan lebih memntingkan kepentingan pribadi daripada tugas pengabdian yang di emban. Mereka akan lebih semangat dan sibuk mengurus kelengkapan sertifikasi dan membahas dana BOS daripada mencari metode apa yang terbaik untuk anak didiknya agar menjadi lebih baik lagi.

Guru professional tidak akan membeda-bedakan murid berdasarkan kecerdasan semu semata.Tidak akan menyebut kamu bodoh dan kamu nakal.Guru professional tidak akan gila hormat.Guru professional akan mengajar dengan penuh tanggung jawab dan disipilin, tidak hanya ketika ada penilaian dari kepala sekolah atau penilik saja, tetapi ada atau tidak ada atasan, mereka akan mengajar dengan penuh perhatian pada anak didiknya.

Tidak akan terjadi masalah siswa malas belajar, benci sama pelajaran, atau apalagi enggan untuk pergi ke sekolah, jika guru bersikap professional terhadap pekerjaannya.Karena yang terjadi saat ini, sebagian guru menyampaikan materi hanya dari apa yang ada di dalam buku panduan, tanpa mau mengembangakan apa yang ada dalam kurikulum.Mereka beranggapan kalau terlalu banyak metode yang diterapkan akan membingungkan siswa dan guru itu sendiri.Mereka pun beranggapan kalau metode yang mereka pakai selama bertahun-tahun sudah terbukti hasilnya.Padahal dari masa ke masa, anak didik kita semakin canggih.

Kadangkala kita sebagai gurunya kalah bersaing dengan mereka.Mereka sudah mengenaldunia luar lebih cepat dibandingkan kita, karena mereka begitu familiar dengan sarana komunikasi modern.Mereka mencari apa yang mereka tidak tahu dan tidak paham melalui media, baik itu elektronik maupun cetak.Sedangkan kita membuka internet pun mungkin sebulan sekali atau bahkan mungkin memegang keyboard computer pun masih canggung.Membeli buku, koran atau majalah pun jarang, karena uang yang ada tak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.Sehingga kita sering‘kecolongan’ dengan sikap anak-anak didik kita.

Jadi, jangan salahkan anak didik kita kalau semangat mereka begitu kecil terhadap mata pelajaran yang kita ajarkan.Sebagian siswa sering bilang lebih baik mereka cari tahu sendiri dari internet dari pada harus mendengarkan penjelasan guru yang bikin mereka pusing tujuh keliling.Karena bukankah otak kita itu senang kepada hal-hal yang menarik, colourful, dan tidak monoton.

Tapi, apa yang mereka dapatkan dari guru mereka?Rangkuman yang seabreg, ceramah yang membosankan, tugas yang menumpuk, dan sikap guru yang pemarah serta lingkungan sekolah yang tidak menarik perhatian.Yang hasilnya hanyalah wasting time saja.Hanya sebagai pemenuhan kewajiban, baik sebagai siswa maupun sebagai guru.Dan sebenarnya kita sudah menghabiskan dana trilyunan rupiah hanya untuk membiayai hal-hal yang kurang kreatif ini dengan embel-embel untuk kepentingan pendidikan.

Tapi saya yakin, niat mereka itu baik yaitu untuk mencerdaskan bangsa.Sayangnya, kita itu hanya bagus jargonnya saja, tapi pengaplikasian di lapangannya big zero.Banyak sekali kebohongan berjamaah dalam dunia pendidikan kita.Sekolah tidak mau nama baiknya tercemar, yang pada akhirnya mereka buat tim sukses ketika UNBK berlangsung.Mereka berikan kunci jawaban kepada siswa mereka tanpa merasa berdosa.Padahal mereka ajarkan tentang bersikap baik dalam mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dan Pendidikan Agama.Jadi, para guru ini seperti seorang dokter yang memberi obat pada pasien tapi diberikannya berbarengan dengan makanan atau minuman yang bisa menyebabkan penyakitnya kambuh lagi atau tambah parah.

Jadi, obat yang diberikan tidak akan ada manfaatnya.Begitu pun yang terjadi di dunia pendidikan kita saat ini, kita ajarakan teori-teori tentang hal-hal yang baik berdasarkan buku panduan, tetapi di samping itu kita ajarkan yang kurang atau bahkan tidak baik melalui praktek bersikap dan berucap sehari-hari.

Dan bukankah kita sebagai seorang pendidik paham, kalau pengajaran yang paling cepat berpengaruh adalah melalui praktek.Anak didik kita akan merasa cepat paham dan akan selalu ingat jika mereka melihat dan langsung mempraktekannya.Dari hasil penelitian para ahli pun telah banyak membuktikan hal itu.Menurut Dr. Vernon A. Magnesen (1983), kita mendapat 10% dari apa yang kita baca, 20% dari apa yang kita dengar, 30% dari apa yang kita lihat, 50% dari apa yang kita lihat dan dengar, 70% dari apa yang kita katakan, 90% dari apa yang kita katakan dan lakukan.

Jadi, jangan berharap para generasi bangsa ini akan menjadi seorang yang berilmu dan berakhlak mulia, jika pendidikan di Negara kita masih seperti itu.Jangan bermimpi kualitas pendidikan kita akan meningkat jika gurunya sendiri tidak memiliki mental dan motal yang berkualitas.Kita jangan menutup mata dan telinga kita, jika di Negara ini masih banyak guru-guru yang takut untuk keluar dari zona nyaman.Takut untuk merubah kebiasaan yang selama ini membentengi kesuksesan siswa dan diri mereka sendiri”.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *