Bedah Buku Adat Basandi Syarak-Syarak Basandi Kitabullah, Petunjuk Bagi Anak-Kemenakan

PADANG,KABARDAERAH.COM- Untuk menunjang filosofi Adat Basandi Syarak-Syarak Basandi Kitabullah dan program yang ada dibawah kepemimpinan Irwan Prayitno sebagai Gubernur Sumatera Barat (Sumbar), belum lama ini Dinas Kebudayaan Sumbar menggelar Bedah Buku.

Bedah Buku yang dilakukan Dinas Kebudayaan Sumbar yang berkaitan dengan Adat Basandi Syarak-Syarak Basandi Kitabullah (ABS-SBK-red) tersebut dilakukan belum lama ini di Gubernuran Sumbar.

Seminar dan Bedah Buku komunitas peduli ABS-SBK dihadiri oleh unsur Ninik Mamak, Alim Ulama, Cadiak Pandai, Bundo Kanduang dan Parik Paga Nagari se-Sumbar.

Ini adalah untuk melestarikan nilai adat yang basandi Kitabullah untuk generasi muda.

Gubernur Sumbar, Irwan Prayitno mengatakan, diterbitkannya buku ini sebagai petunjuk anak kemenakan terutama tentang budi pekerti. Serta disepadankan dengan nilai-nilai Pancasila.

“Dengan menarik buku ini abak Minang semakin mantap yang memiliki nilai-nilai adat dan agama yang tersarikan dalam ABS-SBK,” ucap Irwan

Anak-Kemenakan di Minang, Anak Kemenakan barajo ka Mamak, Mamak Barajo ka Panghulu, Panghulu barajo ka nan bana-bana badiri sendiri dan alam takambang jadi guru, jelas Gubernur.

Diharapkan kedepan, anak kemanakan di Minang jangan lupa identitas sebagai anak Minang. Tentu yang menghargai nilai agama tradisional, sebagai anak kemenakan di Minang harus mengerti nilai yang tersarikan dalam ABS-SBK.

Begitu juga dengan Wali Kota Padang Mahyeldi yang hadir dalam acara itu menyebutkan, sesuai pengertiannya, ABS-SBK adalah landasan atau prinsip pandangan hidup yang menjadikan Islam sebagai sumber utama dalam tata dan pola perilaku yang sudah ada dalam masyarakat Minangkabau sejak dulu.

“Sebagaimana filosofi ABS-SBK tersebut adalah adat mangato sarak mamakai yang artinya segala ketentuan di dalam adat diimplentasikan sesuai ajaran agama Islam,” jelasnya.

“Penulisan buku ini tidak dilepaskan untuk melestarikan ABS-SBK untuk generasi muda agar generasi muda identitas budaya nya sebagai anak Nagari di Minangkabau ini,” ujar Ketua LKAAM Sumbar M. Sayuti Dt Rajo Pangulu.

Sayuti mengatakan, latar belakang buku ini untuk menanamkan budi kepada anak kemenakan baik di lokal, nasional dan internasional. Budi lokal, cari tahu nilai adat di Minangkabau kemudian budi secara nasional, aplikasi budi dilatarbelakangi Pancasila.

Lalu, budi internasional budi yang mengundang nilai yang dibawa Rasul Muhammad SWT.

Di Minang, Iqra itu membaca yang tasurek, tasirek, nan tasuruak, taserak yang merupakan bagian dari slama takambang jadi guru. Maka, sebagai orang Minang, dituntut bisa membaca yang tersurat, yang tersirat dan tersembunyi di lapangan.

Salah seorang pengarang dari unsur Alim Ulama Buya Bagindo M mengutip, diizinkan negeri disebut, libiralistik atheis.

Meskipun negeri sudah melakukan reformasi, namun yang sekarang sedang merepotkan. Sementara tujuan reformasi itu adalah pinang ka tampuknya dan sirih ke gagangnya.

“Bagaimana, generasi muda tidak tercerabut dari nilai-nilai adat dan agama, maka perlu dilestarikan ABS-SBK untuk generasi muda Minang,” ujar Bagindo.

Dikatakan Bagindo, sangat erat membahasnya dengan program pemerintah dalam mewujudkan generasi yang berkarakter di dalam bingkai Pancasila.

Maka untuk membentuk generasi yang berakhlakulraimah itu tidak boleh mendokrinkan kepada generasi muda nilai-nilai adat dan agama.

Sementara itu kata Mahyeldi lebihlanjut, berbicara ABS-SBK bagi masyarakat Minangkabau tentunya sudah mendarah daging, namun perlu kembali digali sebagai sumber pencerahan kebangkitan masyarakat Minangkabau dalam menghadapi masa depan yang penuh kompetisi. Tentunya juga dalam mengantisipasi hal-hal yang tak diinginkan.

Dijelaskan, dalam penerapan ABS-SBK terdapat yang dikenal dengan tungku tigo sajarangan dan tali tigo sapilin.

Tungku tigo sajarangan merupakan lambang dari tiga unsur kepemimpinan yang sangat potensial dan saling bersinergi di Minangkabau yaitunya ninik mamak, alim ulama dan cadiak pandai.

Sedangkan tali tigo sapilin menggambarkan tiga landasan tempat berpijak ketiga unsur kepemimpinan tersebut, yakni adat, syarak dan Undang-undang.

“Sehingga oleh itu, orang Minangkabau dalam kesehariannya harus memiliki 3 kecerdasan. Yakninya kecerdasaan spiritual, sosioemosional dan intelektual. Selaku calon pemimpin bangsa dan daerah ini ke depan, kita perlu memiliki kompetensi-kompetensi yang dimotori salah satunya oleh kearifan lokal melalui pengimlementasian falsafah ABS-SBK ini,” ungkapnya.

Mahyeldi memaparkan, untuk kecerdasan spiritual yaitu bagaimana sebagai generasi ABS-SBK harus menanamkan fungsi agama dalam kehidupan sehari-hari. Kemudian, kedua kecerdasan emosional yaitunya kemampuan dalam berinteraksi dan berkomunikasi terhadap sesama manusia sebagai makhluk sosial.

Sementara, ketiga adalah kecerdasan intelektual dimana kecerdasan, pengetahuan serta pengalaman adalah hal mendasar yang juga harus dimiliki.

“Kepada adik-adik mahasiswa semua yang hadir pada kesempatan ini, mari kita pertahankan dan implementasikan falsafah ABS-SBK dalam kehidupan kita sehari-hari,” terangnya.

“Karena, 3 komponen di dalam falsafah ABS-SBK tersebut merupakan pondasi bagi kita untuk menjadi insan Minangkabau yang lebih baik, maju dan berkembang selaku calon pemimpin di masa datang,” tukas Mahyeldi.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *