Pancasila dan Agama, Pantaskah dibenturkan ?

Sangat disayangkan masih ada saja orang yang menganggap dirinya golongan “Intelektual” yang berbicara tanpa menyaringnya dengan akal sehat, mengatakan ” Musuh Pancasila adalah Agama,”

Pernyataan tersebut merupakan kebodohan sejarah dan keterbelakangan mental yang sempurna dari seseorang Profesor atau Guru besar Universitas Islam, yang kini malah diangkat sebagai ketua lembaga yang menjadi lokomotif pengusung nilai nilai Pancasila di Indonesia.

Pancasila ibarat resep masakan terbaik untuk dihidangkan didepan berbagai macam orang yang memiliki selera yang berbeda-beda, dan tanpa agama sebagai bahan bahan pokok daripada resep tersebut maka Pancasila hanyalah menjadi selembar resep kertas yang tidak ada manfaatnya.

Pancasila lahir dan dibesarkan oleh nilai nilai  ketuhanan yang telah dimiliki nenek moyang bangsa ini. Maka apabila dikemudian hari muncul orang yang mengaku Pancasialis, tetapi mencoba untuk memisahkan Pancasila dari nilai nilai Agama. Sepantasnya kita pertanyakan Agama dan Tuhannya, jangan jangan orang orang tersebut golongan atheis.

Sebaliknya jika ada kelompok kelompok yang mengaku cinta agama namun anti dengan Pancasila, maka jika mereka menganggap tindakan mereka jihad maka itulah yang dikatakan “Mujahid Prematur” terlalu dini lahirnya, belum matang hati dan pemikirannya dalam beragama dan berbangsa. Mereka perlu masuk “inkubasi” moral dan perlu diberi bimbingan intensif keagaaman yang jauh dari doktrin emosional tak tentu arah yang mementingkan kelompok dan golongannya sendiri.

Pancasila telah menjadi rumusan dan resep yang terbaik untuk bangsa ini dari berbagai gelombang dan badai yang menghantam. Hingga sampai hari ini, bangsa Indonesia telah membuktikan kepada dunia, yakni masih bertahan ditengah perkembangan dunia yang semakin tak menentu.

 

Syekh Muhammad Ali Hanafiah Ar Rabbani.

(Rais Mustasyar Dewan Ulama Thariqah Internasional, Indonesia)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *