Dampak Covid-19  Bagi Dunia Pendidikan

Oleh :  Erza Surya Werita, S.Pd  (Guru MTsN 2 Solok)

Pendidikan adalah kebijakan publik terbaik dalama rangka meningkatkan skill dan kemampuan bagi anak didik. Proses belajar dan mengajar di sekolah merupakan tempat anak mengembangkan rasa sosialisasi dan rasa kepercayaan diri, serta mengasah kemampuan untuk memupuk nilai kepedulian akan berbagai masalah kehidupan yang ada di sekitar mereka.

Karena itu, ketiadaan proses ini secara langsung dan menggantikannya dengan proses belajar dari rumah menggunakan media gawai secara online. Tentunya akan berpengaruh terhadap keberhasilan anak didik dan tentu saja pendidikan secara keseluruhan akan menghambat proses peningkatan kemampuan anak.

Di negara-negara yang berteknologi maju sebagaimana Jepang, Korea dan bahkan Australia. Mayoritas mereka merancang khusus teknologi pembelajaran online dan tidak hanya melalui HP semata, kuota datanya pun dilengkapi tanpa batas penggunaan.

Misalnya di pusat kota Adelaide, Australia selatan. Jaringan wifi tersedia bagi siapa saja secara free dan hebatnya lagi tanpa password. Sehingga menjadikan peserta didik dapat berinteraksi secara baik dengan pengajar mereka. Jadi dari pengalaman penulis  dan referensi dari berbagai media yang dibaca, belum ada suatu negara pun yang menerapkan belajar di rumah secara masif melalui aplikasi whatsApp.

Di Indonesia, proses belajar secara daring yang sepertinya tidak dirancang secara baik, akan sangat berpengaruh terhadap kualitas hasil belajar, dan bukan tidak mungkin apabila hal ini dibiarkan berlama-lama tanpa ada perubahan dari pola belajar yang ada. Tentunya akan membuat kualitas pendidikan di Indonesia semakin ketinggalan dibandingkan negara-negara maju lainnya.

Oleh karena itu, sepertinya banyak permasalahan yang belum diurai atau tidak diperhatikan oleh pemerintah dalam mengambil langkah-langkah konkrit pembelajaran.

Sebagai efek domino belajar dari rumah, yaitu munculnya kesenjangan pendidikan orang tua yang diwajibkan mampu mendampingi anak-anak mereka belajar dari rumah. Tentunya tidaklah semua orang tua memiliki pengetahuan yang memadai. Masalah lainnya yaitu orang tua yang bekerja di luar rumah, bahkan guru sendiri harus meninggalkan anak mereka di rumah tanpa dampingan dalam belajar.

Akibatnya banyak anak anak yang menggunakan gawai dengan bebas tanpa pengawasan orang tua. Sedangkan kemungkinan moral anak bisa menjadi labil akibat mengakses konten yang tidak seharusnya mereka lihat, akan terbuka lebar. Selain itu, kemungkinan kesehatan mata menjadi menurun akibat terlalu lama berinteraksi dengan layar gawai.

Disisi lain, kualitas Sumber Daya Manusia bisa menjadi menurun dan para orang tua bisa keikutan stress. Sementara untuk para guru juga akan berdampak ikut stress akibat memikirkan anaknya yang belajar tanpa dampingan, dikarenakan mereka diharuskan hadir di sekolah. Disamping itu, mereka juga diwajibkan tetap mengajar online dari sekolah.

Dalam situasi seperti ini, seharusnya para pengambil kebijakan tidak musti hanya menunggu wabah ini berlalu dengan melakukan bongkar-pasang kebijakan tanpa solusi yang jelas.

Kalau alasannya untuk menghindari kerumunan masa, mestinya bukan sekolah yang ditutup, tapi tempat-tempat wisata dan tempat umum lainnya. Sebab aktifitas mereka yang berada di sana akan sangat sulit untuk ditracing bila terjadi kasus positif covid-19. Oleh karena itu, kalau solusi lockdown pendidikan secara global ini tidak cepat ditanggulangi, maka bisa jadi akan menyebabkan permasalahan pendidikan menjadi semakin rumit yang berkepanjangan.**

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *