Destinasi Wisata Desa dan Keluarga, di Desa Silungkang Oso, Kota Sawahlunto.

Waterboom mini atau tepatnya, kolam renang Mudiak Lugha di Desa Silungkang Oso Kec Silungkang pada hari Sabtu (13/2) dan Minggu besok (14/2) merupakan tahap uji coba dan untuk itu, masih terbuka untuk umum. Objek wisata desa ini, nantinya akan dikelola oleh Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Panorama Desa Silungkang Oso dan destinasi ini, rencananya akan dibuka resmi pada Maret 2021.

Kita ketahui, di Desa Silungkang Oso terdapat beberapa objek wisata yang belum dikembangkan, seperti Gua Kelambu dan Batu Ngalau Bersurat yang semuanya berada di kawasan Batu Runciang Silungkang Oso. Sehingga ke depannya, tentu diperlukan pemikiran untuk pengembangannya secara terkoneksi dan untuk kolam ini saja, masih ada air terjun alami yang cukup indah di bagian atas kolam renang Mudiak Lugha ini dan direncanakan pada tahun ini akan dilakukan penataannya.

Sementara itu, kawasan kolam pemandian ini relatif cukup luas dengan tiga (3) ukuran untuk jenis kolam pemandian, berupa untuk orang dewasa dan anak anak. Kolam ini dibangun berdasarkan kesepakatan warga dengan Pemdes Silungkang Oso, sehingga lokasi kolam merupakan hibah dari warga sementara untuk pembangunannya, melalui APBDes Silungkang Oso. Artinya, telah terjadi kekuatan sinergi antara warga masyarakat dengan pemerintah desa setempat dan hal ini sangat perlu kita berikan apresiasi.

Sementara itu, pada APBDes tahun 2021 ini Desa Silungkang Oso juga telah menganggarkan pagu dana untuk pembuatan gajebo serta beberapa prasarana pendukung lainnya, termasuk pengembangan air terjun mudiak lugha untuk dapat lebih lengkapnya sarana penunjang di Kolam Renang Mudiak Lugha sebagai sarana lokasi destinasi wisata desa dan keluarga.

Artinya, semua kegiatan mulai dari perencanaan hingga pembuatan dan pelaksanaan, telah mereka lakukan sesuai dengan aturan yang ada antara Pemdes Silungkang Oso, BPD, LPM dan unsur pemuda dan tokoh masyarakat setempat sehingga destinasi ini nantinya dapat membawa dampak ekonomi kepada semua pihak.

Jadi rasanya agak janggal dan aneh, kalau ada tokoh masyarakat Sawahlunto justru tidak memahami persoalan dan berkomentar seolah atau seakan kolam renang mudiak lugha menjadi pesaing waterbom Muaro Kalaban sehingga kenapa harus berdiri di dalam satu kecamatan. Padahal untuk destinasi wisata, masing masing desa tentunya mempunyai keinginan agar desa dan masyarakatnya dapat maju dan terangkat ekonominya secara keluarga.

Pola pikirnya yang harus dirubah, untuk jelasnya sepanjang jalan lintas sumatera, utamanya di kawasan Silungkang berderet kuliner yang hampir semuanya menyediakan soto dan nasi sup. Pertanyaannya, kenapa mereka tidak menyediakan kuliner yang lain dan kenapa hanya nasi sop dan nasi soto. Artinya, untuk ke depanya dan menyangkut bidang apapun, biasakanlah bersaing secara kwalitas dan bukan dengan kwantitas untuk Sawahlunto Lebih Baik. Semoga !

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *