Berlangsung Khidmat, Daurah Masyumi ‘Membentang Sejarah’

Padang, KD.Com – Di hari ke dua (H+2), agenda Dhaurah Masyumi berlangsung sangat khidmat (kedamaian) pada Minggu pagi (4/7/21). Dengan kehadiran semua unsur kepartaian, yakni mulai dari seluruh kader, Pengurus DPD Padang hingga DPW Sumbar, sehingga menjadikan suasana acara semakin afdal.

Dhaurah Masyumi DPD Padang ini mencerminkan silahturahmi keluarga besar dan pecinta Masyumi, bertajuk “Masyumi Memanggil” yang berlangsung di Aula Hotel New Rasaki By Pass Padang.

Kata Daurah sendiri diambil dari Bahasa Arab yaitu dara-yadurru-Dauroh yang artinya pelatihan. Secara istilah berarti aktivitas untuk mengumpulkan sejumlah masyarakat yang relative banyak di suatu tempat untuk mendengarkan ceramah, penelitian, kajian Islam, mengkaji suatu masalah dengan mengangkat tema yang dirasa sangat penting untuk lebih mendalami Islam (_Wikipedia, 2018_).

Dhaurah merupakan salah satu cara yang digunakan masyarakat dalam mencari ilmu untuk meningkatkan kadar wawasan Islam dalam suatu pelatihan atau kajian ke-Islaman yang diselenggarakan lebih dari satu hari pada masyarakat baik secara individu maupun sebagai pemimpin untuk aktivitas Islami dan kepentingan dakwah kepada para jamaah.

Ditengah keberlangsungan acara, Ketua Majelis Pertimbangan Wilayah (MPW) Masyumi Sumbar, Dr. Din Asril Amir, SE, M.Ag, mengharapkan Dhaurah Masyumi Padang di hari kedua ini dapat menjadi momentum memperkuat silaturahmi.

“Mudah mudahan amalan kita menjadi salah satu agenda utama dalam memperkokoh bangsa yang di cintai ini.”, ucapnya.

Kebangkitan Partai Masyumi dalam konteks normatif tidak terlepas dari upaya mencapai kebaikan bersama sekaligus menjadi bagian terpenting pemersatu umat islam, dan bangsa pada umumnya. “Islam merupakan pondasi pemersatu bagi bangsa ini,” sebutnya.

Masyumi dulunya paling terdepan dalam perjuangan persatuan bangsa, meski sebelumnya sempat silent beberapa dekade. Namun, saat ini dan seterusnya Masyumi sangat konsisten dengan kembali bangkit serta menjadi partai yang membuat bangsa bertambah kokoh, jelas Din Asril Amir.

“Selain untuk melakukan kegiatan pengabdian pada negara dan masyarakat, Dhaurah ini juga melakukan dakwah Islam. Adapun tujuan utamanya sebagai ibadah yang sangat mulia dan membawa berkah,” sambungnya.

Perjuangan Umat Islam untuk negeri ini akan selalu terukir sebagai sejarah sah. Walaupun Indonesia memiliki ragam suku dan agama, namun gerakan Umat Islam dapat membaur dengan semuanya, untuk terus mengantarkan kemerdekaan RI 1945.

Pemimpin Islam kala perjuangan kemerdekaan dulu tidak mengharapkan negara Republik Indonesia menjadi negara islam. Tetapi menginginkan negara yang demokrasi dan berkeadilan, tutur Dr. Din Asril Amir, SE, M.Ag.

Selang istirahat acara dhaurah kepada media ini, Ketua DPW Masyumi Sumbar, Buya Budiman, S.Si, MM, MH pada wawancara singkatnya menuturkan, Masyumi sekarang ini kembali hadir di kancah kontestasi politik, juga sebagai upaya untuk menyatukan semua pihak dalam satu arah, yaitu mengikuti Al-Qur’an dan Sunah. Serta membangun kejayaan Indonesia diatas berbagai perbedaan.

“Masyumi memanggil kita semua untuk bersatu dan menjadikan perbedaan sebagai kekuatan, pandangan atau manhaj, sehingga kejayaan bangsa dapat terwujud. Mari bergabung bersama Masyumi,” himbau Buya Budiman.

Dhaurah Masyumi skaligus sebagai moment “Membentang Sejarah”.

*Sejarah Berdirinya Partai Masyumi hingga Masyumi Reborn*

Sejarah mencatat bahwa Masyumi menjadi pelopor pergerakan melalui semangat Islam dalam berperang melawan penjajahan untuk merebut kemerdekaan.

Setelah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, pada tanggal 7 November 1945 Masyumi menjadi partai politik. Masyumi termasuk partai yang dominan saat awal kemerdekaan.

Anggota Partai Masyumi turut menjadi pengisi kursi kabinet pada masa Presiden Soekarno. Pada pemilu tahun 1955, Partai Masyumi mendapatkan suara terbanyak dengan menguasai 20,9 persen suara dan mendapatkan 57 kursi di Parlemen.

Presiden Soekarno memberikan tanggung jawab pembentukan kabinet pemerintahan pertama Indonesia pasca kemerdekaan kepada Ketua Umum Masyumi, Mohammad Natsir. Sebab, Masyumi merupakan partai terbesar yang menduduki kursi DPR waktu itu.

Masyumi pada zaman pendudukan Jepang, belum menjadi partai namun merupakan federasi dari empat organisasi Islam yang diizinkan pada masa itu, yaitu Nahdlatul Ulama (NU), Muhammadiyah, Persatuan Umat Islam dan Persatuan Umat Islam Indonesia. Setelah menjadi partai, Masyumi mendirikan surat kabar harian Abadi pada tahun 1947.

Nahdlatul Ulama (NU) adalah salah satu organisasi massa Islam yang sangat berperan dalam pembentukan Masyumi. Tokoh NU, KH Hasyim Asy’arie terpilih sebagai pimpinan tertinggi Masyumi pada saat itu. Tokoh-tokoh NU lainnya banyak yang duduk dalam kepengurusan Masyumi dan karenanya keterlibatan NU dalam masalah politik menjadi sulit dihindari.

Partai Masyumi (Majelis Syuro Muslimin Indonesia) kembali dideklarasikan pada hari Sabtu, 7 November 2020. Deklarasi tersebut bertepatan pada Hari Ulang Tahunnya ke-75 tahun.Deklarasi pendirian kembali Partai Masyumi dipimpin oleh Ketua Badan Penyelidik Usaha usaha Persiapan Partai Islam Ideologis (BPU-PII) A Cholil Ridwan. Dengan adanya Partai Masyumi, ajaran dan hukum Islam akan berjalan baik di Indonesia.

Beberapa pemuka agama islam yang turut bergabung dengan Partai Masyumi reborn ini, salah satunya adalah Ustaz Abdul Somad (RED).

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *