Mengenal Ponpes Pencetak Calon Da’i Besar Berkualitas Internasional di Padang Pariaman

Kayutanam — Pondok Pesantren Kuno Tahfidzul Quran & Ilmu Hadits Barokah Madinah Al-Minangkabawi, adalah pondok pesantren setingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP) yang berdiri di kawasan pemandian alami, Jalan Pendawa Lubuk Bonta, Tarok City, Kayu Tanam, Kab. Padang Pariaman.

Di sini para santri dikonsep belajar dengan metode alam terbuka. Kendati baru resmi dibuka 2 bulan yang lalu, Ponpes Barokah Madinah Al-Minangkabawi telah menerima santri baru dengan jumlah 35 orang.

Santri yang menuntut ilmu di sini, bukan hanya berasal dari Sumatera Barat saja. Melainkan ada juga santri yang berasal dari Propinsi Riau, Aceh dan Bengkulu.

Setiap hari Senin dan Kamis santri diwajibkan untuk berpuasa sunah serta menyetor 1 hadits perhari. Sehingga program yang dibuat dalam jangka waktu 4 tahun selama masa pendidikan, seluruh santri mampu menguasai 15 Bab hadits yang terdiri dari 40 hadits per Bab, sebagai syarat kelulusan di luar hafalan alquran 30 jus serta menguasai bahasa Arab dan bahasa Inggris.

KH. Zulkifli Ahmad Jundin, LC, pendiri Pondok Pesantren Barokah Madinah Al-Minangkabawi mengutarakan motivasinya mendirikan ponpes, bermula dari pengalaman pribadinya sewaktu berada di Qatar, Timur Tengah.

Dia menjelaskan ketika itu Pemerintah Qatar meminta 31 orang hafidz Quran 30 jus dan menguasai hadits yang bisa berbahasa Arab untuk dapat mengimami sholat di mesjid-mesjid yang ada di Ibukota Doha, khususnya imam yang berasal dari Sumatera Barat.

“Nah, kami carilah spesifikasi imam yang diminta Pemerintah Qatar, namun tidak ada yang sesuai kriteria kita temukan di Sumatera Barat,” kenang pemilik Barokah Madinah Travel ini.

Dari sanalah, timbul keinginan pria paruh baya yang akrab disapa Ustadz Jundim ini mendirikan pondok pesantren, kelak para santri yang menimba ilmu di sana diharapkan keluar menjadi da’i-da’i besar yang berdaya saing internasional.

Di balik itu semua, keinginan utama pria asal Kuraitaji Pariaman ini adalah merangkul anak-anak di Sumatera Barat yang putus sekolah untuk menjadi da’i yang berdua saing. Serta memiliki visi satu desa satu nagari satu hafidz Quran dan hadits.

“Keinginan besar kita adalah menyelamatkan aset bangsa dan agama dari pengaruh teknologi yang semakin menggerus iman. Setidak-tidaknya nanti, anak-anak tadinya pegang Hp, di rumah dia pegang Al-Quran. Itu sudah kemenangan besar bagi orangtua,” alas ustadz alumni SMAN 1 Pariaman ini menjabarkan.

Sehingga katanya, satu desa satu nagari satu hafidz Quran dan hadits sebagai visi utama pendirian ponpes ini mampu terciptakan.

Oleh karenanya, biaya masuk ke pesantren ini relatif rendah. Bahkan bagi mereka yang berasal dari keluarga benar benar yang tidak mampu, pengelola ponpes memberikan keringanan bagi mereka.

“Sebetulnya uang masuk di ponpes ini dibebankan biaya Rp 2 juta, dengan bulanan Rp 750 ribu. Kalau ada keluarga miskin tidak mampu, kita menyesuaikan biaya masuk, sedangkan untuk biaya bulanan nanti juga menyesuaikan, bahkan orangtua santri bisa membayar hanya dengan garam dengan rotan jika benar benar tidak mampu,” terang Ustadz Jundim.

Tak hayal, Ustadz Jundim merasakan sedikit kegamangannya dalam mengelola biaya operasional pondok. Pasalnya, dari 35 orang santri yang tengah belajar ilmu agama di sana, hampir setengahnya berasal dari keluarga yang tidak mampu.

“Ada 15 santri dari 35 jumlah santri yang sekarang ini kami didik di pondok berasal dari keluarga tidak mampu, mereka hanya membayar dengan rotan dan garam,” tukuknya.

Di sisi lain, Drs. Mukhlis Rahman, MM, pendiri Pondok Pesantren Al-Mughni Pariaman mengapresiasi penuh langkah positif yang dilakukan Ustadz Jundim.

Menurutnya, kendati baru 2 bulan beraktivitas, para santri pimpinan KH. Zulkifli Ahmad Jundin, LC telah menampakan hasil.

“Santri santri yang menimba ilmu di sana, baru masuk belajar sekitar satu bulan lebih saja telah banyak menguasai hadits Fadhilah Amal,” sebutnya.

Lebih jauh Walikota Pariaman periode 2008 hingga 2018 ini berpendapat, selain menyelamatkan masa depan agama dan aset bangsa, Ponpes Barokah Madinah Al-Minangkabawi pimpinan KH. Zulkifli Ahmad Jundin, LC secara langsung juga telah ikut mendukung dan menyukseskan visi misi Bupati Suhatri Bur, yakni kembali ke surau dan menciptakan tahfidz Al-Quran.

“Jadi di lain hal, pondok pesantren ini ikut berpartisipasi menyukseskan visi misi Bupati Padang Pariaman terpilih dengan program religiusnya. Seperti kembali ke surau dan menciptakan anak-anak tahfidz Al-Quran,” ungkapnya sewaktu berkunjung ke sana, Selasa (4/8/21).

Ia berharap suatu saat nanti, Bupati Padang Pariaman bisa memberikan dukungan moral kepada pondok pesantren yang baru menetas ini yang akan melahirkan calon da’i da’i besar yang berdaya saing internasional. (Idm)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *