Pelestarian Wisata Budaya, Dinas Kebudayaan Provinsi Sumatera Barat Kunjungi Persatuan Silek Pingian Rantau Batang Hari

Dharmasraya-Kabardaerah.com
Dinas Kebudayaan Provinsi Sumatera Barat gelar silaturahmi dan diskusi bersama maha guru Silek Pingian Rantau Batang Hari, dalam rangka pelestarian warisan budaya dunia. Kegiatan bertemakan “Silek Pingian Dulu, Sekarang, dan Hari Esok,” dilaksanakan selama dua hari itu, dimulai pada hari Jumat (26/11/21) bertempat di Laman Tuo, Kenagarian Sungai Dareh, Kecamatan Pulau Punjung, Kabupaten Dharmasraya, Provinsi Sumatera Barat.

Kegiatan tersebut, dihadiri oleh Kepala Dinas Kebudayaan Provinsi Sumatera Barat diwakili Aprimas, S.Pd.,M.Pd. selaku Kepala Bidang Warisan Budaya dan Bahasa Minangkabau, Kepala Dinas Pariwisata Pemuda dan Olahraga Kabupaten Dharmasraya Sutan Taufik, Wali Nagari Sungai Dareh Henrianto Bandaro Panjang,S.E serta guru besar Silek Pingian Zainir Datuak Mangku, Edison Datuak Pucuak, serta Pandeka Sidik, Pendeka Sati, Pendeka Bungsu, dan para murid lainnya.

Kepala Dinas Kebudayaan Provinsi Sumatera Barat diwakili Aprimas., S.Pd.,M.Pd.menyebutkan, kegiatan dalam rangka pelestarian budaya Silek Pingian Nagari Sungai Dareh ini, digelar selama dua hari, di awali bersilaturahmi dengan maha guru Silek Pingian hingga diskusi.

Dilanjutkan penampilan Silek Pingian, disambut dengan pagelaran seni budaya, hingga pemutaran film silek, dan terakhir akan dilakukan pameran hasil penelitian kajian kebudayaan.

“Kegiatan ini bertujuan untuk menggali dan membangkitkan sejarah budaya lama, sehingga dapat di pahami bagi masyarakat saat sekarang, dan mampu di terima oleh generasi akan datang, seperti persatuan Silek Pingian Nagari Sungai Dareh ini yang sudah berumur lebih dari Satu Abad.” sebut Aprimas.

Menariknya lagi, Silek Pingian, selain mengandung ilmu kanuragan, juga sarat dengan ilmu agama. Artinya, selain mempelajari ilmu bela diri, juga lebih mengedepankan pembentukan akhlak.

Dijelaskannya,Silek (Silat) di Minangkabau merupakan warisan budaya yang sangat tua, sama halnya dengan sastra di Minangkabau. Sejak dulu hingga sekarang hidup dan berkembang di tengah masyarakat Minangkabau dengan peran penting dalam kehidupan sosial masyarakat.

Dalam silek terkandung nilai-nilai kearifan, kependekaran, kejuangan, kejujuran, budi pekerti dan akhlak mulia. Sangat banyak aliran yang terdapat di berbagai daerah di Minangkabau (Sumatera Barat) termasuk Silek Pingian.

Pada tahun 2019 UNESCO telah menetapkan Pencak Silat (The Tradition of Pencak Silat) sebagai Warisan Budaya
Dunia (Intangible Cultural Heritage of Humanity)

Sebelumnya Pada tahun 2014, Silek Minangkabau sudah ditetapkan sebagai Warisan Budaya Takbenda Indonesia
(Nasional). Penetapan ini merupakan langkah awal bagi kita untuk memberikan perhatian lebih dalam upaya pelestarian Silek atau secara nasional kita kenal dengan Pencak Silat.

Pencak Silat merupakan kekayaan budaya dan kearifan lokal yang perlu dilindungi dan dikembangkan agar
mendapat manfaat dari kekayaan budaya tersebut. Silat merupakan seni bela diri tradisional dari Indonesia yang terkenal dan telah menyebar ke seluruh pelosok negeri bahkan ke luar negeri. Dalam pencak silat diajarkan untuk menjaga hubungan manusia dengan Tuhan, sesama manusia dan alam. Sumatera Barat merupakan sumber Pencak Silat di Indonesia dengan banyak aliran dan jurus Silat (Silek).

Silek merupakan salah satu tradisi di Sumatera Barat yang memilki aspek mental spiritual, pertahanan diri, seni,
olahraga serta nilai makna dan filosofi, untuk itu perlu dilestarikan dan diwariskan kepada generasi selanjutnya.

Pemerintah Provinsi Sumatera Barat, melalui Dinas Kebudayaan melaksanakan berbagai kegiatan Silek baik seminar, diskusi, festival maupun pergelaran/ penampilan silek. Sejak tahun 2018 telah menyelenggarakan even silek level nasional melalui Platform Indonesiana Silek Art Festival (SAF)
Kegiatan yang kita selenggarakan saat ini merupakan rangkaian dari pelstarian warisan budaya khususnya Silek
Pangian yang biasanya secara rutin sering dilaselenggarakan Galanggang Silek Tradisi Bolek Laman Silek Pangian di Kenagarian Sungai Dareah,
Ini merupakan salah satu upaya kita dalam melakukan pelindungan terhadap warisan budaya.

“Kita sangat menghargai dan mengapresiasi perkumpulan Silek Pingian dengan tradisi khas secara turun temurun. Kedepan tentu kita berharap dapat kita melakukan tata kelola dengan baik terutama untuk even silek yang kita selenggarakan disini dengan melibatkan berbagai pihak, dan
orang semakin mengenal kekayaan budaya tradisi kita ini, paparnya.

Ia juga menambahkan, semoga kegiatan pelestarian warisan budaya “Silek” ini dapat dilakukan secara rutin dan berkala karena sangat berguna dalam membangun pendidikan karakter kepada generasi penerus bangsa melalui silek.

Sementara itu, Edison Datuak Pucuak, salah seorang maha guru Silek Pingian memaparkan, bahwasanya Silek Pingian sudah menyebar di seluruh wilayah sealiran sungai Batanghari. Bahkan, sudah sampai ke Sepucuk Jambi Sembilan Lurah, dan Kuantan Singingi, Provinsi Riau.

Silek Pingian merupakan warisan leluhur anak nagari Sungai Dareh pada abad ke-19 yang di kembangkan oleh putra terbaik Nagari Sungai Dareh bernama Duli, dan H Moh Rasyid. Keduanya juga sempat menguasai Selangor Malaysia. Sehingga pada Abad ke-20., Dua orang putra terbaik Sungai Dareh itu, kembali ke kampung halaman.

Setiba di kampung halaman, mereka berdua gencar mengajarkan ilmu kanuragan tersebut kepada sanak saudaranya. Karena ilmu kanuragan tersebut, berlandaskan agama Islam, serta dapat dihandalkan untuk menjaga diri, maka akhirnya berkembang semakin pesat. Bahkan berita keampuhan pembelaan diri anak Silek Pingian menyebar dari hulu dan kehilir Batanghari.

Sesuai perjalanan waktu, murid Silek Pingian Rantau Batanghari sudah mencapai Puluhan Ribu orang. Tersebar di Kampung Surau, Pulau Punjung, Sikabau, Koto Tuo, Siguntur, Sitiung, Sungai Duo, Koto Padang, Bonjol, Batu Rijal, Sipangkur, Silokek, Pulasan, Tebo, Simalidu, Tanjung, Teluk Lancang, Teluk Kayu Putih, serta Kuantan Singingi, dan Ibul (Sumbar,Riau,Jambi).

Untuk mempelajari Silek Pingian, calon murid harus memenuhi syarat tertentu, berupa Satu bilah pisau, satu buah cincin terbuat dari besi putih, Celana hitam, ayam jantan, kain hitam panjang 2 meter, serta jeruk nipis guna untuk dimandikan kepada calon murid.

“Dalam latihan juga memiliki aturan tertentu, seperti tidak dibenarkan latihan pada Sabtu malam, serta Selasa malam. Namun waktu latihan yang tepat serta terbaik itu, dilaksanakan pada kamis malam,” pungkasnya.(Nd)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *