Harga TBS Sawit Turun, Petani Keluhkan Biaya Operasional Tak Seimbang dengan Pendapatan dan Harga Pupuk Mahal

Pasbar, KabarDaerah.com – Petani kelapa sawit di Kabupaten Pasaman Barat (Kab Pasbar) enggan untuk melakukan panen buah sawit yang sudah matang, sehingga buah sawit rusak di pohon dikarenakan harga penjualan yang sangat rendah.

Saat ini, harga Tandan Buah Segar (TBS) di petani mandiri berkisar antara Rp.800,- (delapan ratus rupiah) sampai dengan Rp1.000,- (seribu rupiah) per kilo. Bahkan, harga terendah pada minggu yang lalu mencapai Rp.600,- (enam ratus rupiah) perkilo. Dengan anjloknya harga TBS kelapa sawit ini, para petani sangat mengeluh karena tidak dapat menutupi biaya upah panen dan operasional lainnya, sehingga menimbulkan kerugian.

Salah seorang petani kelapa sawit di Kejorongan Ophir Kab Pasbar., Roso Mulatno mengatakan, dengan harga pembelian TBS kelapa sawit saat ini, memilih untuk menunda panen buah sawit untuk sementara. Apabila hal ini dipaksakan akan bertambah nya kerugian bagi petani.

“Biaya yang harus dikeluarkan saat melakukan panen sangat tinggi. Sedangkan upah untuk tenaga yang memanen buah sawit saat ini Rp.200.000,- (dua ratus ribu rupiah) perton, sedangkan untuk upah angkut dari kebun ke pengepul Rp.100.000,- (seratus ribu rupiah) per ton,” ujar Roso Mulatno kepada media KabarDaerah.com saat berada di kebun miliknya, Minggu (03/07/22).

Ditambahkannya, untuk biaya perawatan kelapa sawit juga sangat tinggi, ditambah dengan mahalnya harga pupuk dan obat infestisida lainnya. Hal ini tentunya berdampak langsung kepada prodiktivitas petani dengan harga TBS sawit yang rendah.

“Dengan harga TBS sawit yang rendah, para petani sawit tentunya akan kesulitan untuk membeli pupuk dengan harga yang mahal,” tutur Roso Mulatno.

Mulatno menjelaskan, harga pupuk saat ini naik sekitar 50 persen sampai 70 persen, dengan kisaran harga dari Rp.500.000,- (lima ratus ribu rupiah) hingga Rp.900.000,- (sembilan ratus ribu rupiah) sesuai dengan jenis pupuk.

Harga TBS sendiri pernah mencapai Rp3.000,- (tiga ribu rupiah) perkilo pada awal bulan April 2022, setelah itu harga terus mengalami penurunan sehingga mencapai harga terendah Rp.600,- (enam ratus rupiah) perkilo.

“Sebagai petani sawit, sangat berharap kepada pemerintah untuk dapat menormalkan kembali harga TBS sawit, sehingga para petani dapat memenuhi biaya operasional dan biaya kebutuhan hidup yang semakin tinggi,” harap Roso Mulatno sambil mengakhiri. (Wisnu Utama)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *