Tak Berkategori  

Siska Selvia Mawita, Pahlawan Bagi Penyandang Disabilitas Di Daerah Kaya Tapi Miskin

SUMBAR.KABARDAERAH.COM— Dibalik kesibukan kebanyakan orang memikirkan bagaimana mendapatkan pekerjaan yang lebih baik, jabatan yang lebih tinggi dan penghasilan yang besar.

Rupanya masih ada Seorang Warga yang peduli terhadap anak-anak generasi penerus yang berkebutuhan khusus (penyandang disabilitas), di negeri yang kaya tetapi miskin dan masih termasuk daerah tertinggal yaitu Nagari Desa Baru, Kecamatan Ranah Batahan Kabupaten Pasaman Barat.

Siska Selvia Mawita, kelahiran Lubuk Sikaping, 9 September 1987 silam bertempat tinggal di Jorong Sukorejo Nagari Desa Baru, Kecamatan Ranah Batahan. Mengabdikan diri sebagai guru sekaligus teman bagi anak-anak berkebutuhan khusus, seperti Anak Autis, Anak Tuna Grahita, Celebral Palsy, Anak Tuna Rungu, Anak Tuna Ganda (buta, tuli dan bisu) dan Anak Down Sindrom.

“Saya dulu pernah menempuh pendidikan di Sekolah Pendidikan Luar Biasa, sewaktu kuliah semester 4 saya mulai mengajar anak-anak di Yayasan Autis Padang. Karena biaya, saya belum bisa menyelesaikan kuliah saya.

Tapi alhamdulillah pengalaman kerja saya sudah kemana-mana, saya sudah pernah kerja di Jakarta dan Rengat, Kabupaten Indragiri Hulu, Riau,” papar Ika panggilan akrabnya

Lika- liku ini sangat dramatis dikehidupan saya. Dua tahun saya lalui dengan jatuh bangun, hujatan dan cacian itu yang saya alami.

Ijazah tidak menjamin, Itu cuma formalitas tetapi semangat juang dan kemauan, untuk maju demi mencerdaskan kehidupan bangsa itu yang perlu.

Karena mereka sama dengan anak lain pada umumnya, mereka juga butuh penghargaan dari masyarakat dan lingkungan sekitar. Tentunya hanya melalui pendidikan itu semua akan mereka dapatkan.

Kalau masalah penghasilan,  tidak pernah jadi patokan bagi saya untuk mengajari anak-anak. Saya cuma dikasih semampunya sama orang tua sebagai pengganti minyak kendaraan saya.

Saya berkerja dari jam 7.30 pagi sampai jam 21.00 WIB malah baru sampai kerumah. Tapi semua itu terbayarkan dengan senyuman mereka, sejak awal saya berjuang disini anak-anak sudah dekat dengan saya, seminggu Tidak datang mereka kehilangan dan menangis,” ujarnya.

Jumlah anak se Kecamatan Ranah Batahan lebih kurang 40 orang, karena waktu pendataan masih ada anak yg belum terdata karena orang tua tidak dirumah.

Saya sangat berharap pada pemerintah dan para dermawan agar kiranya memperhatikan anak surga kami. Apalagi kami di daerah perbatasan juga termasuk daerah terisolir, kami sangat berharap sekali ada secercah cahaya untuk anak-anak surga ini,” harapnya

Untuk menumbuhkan semangat diri dan rasa percaya diri, mereka saya ikut sertakan dalam kegiatan Peringatan Hari Besar Nasional (PHBN), seperti Hari Proklamasi 17 Agustus biar mereka merasa sama dengan anak-anak lain berkumpul di lapangan. Jangan cuma sebagai penonton, tapi ikut sebagai pemain.

Untuk media pembelajaran, saya beli sendiri dengan biaya semampu saya, tapi tentunya dengan merk dan media yang juga dipakai di Sekolah pada umumnya, agar anak-anak betah dan semangat buat belajar,” lanjutnya mengakhiri.

(Romi/Irfan)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *