Sosok Kapten Amir Jamin, Ibarat Ayam Jantan dari Sawahlunto

Jangan lupakan sejarah, demikian ungkapan kata yang sering kita dengar dari para pejuang kemerdekaan demi terlepas dari jajahan penjajah. Kata kata atau kalimat ini, termasuk yang disampaikan langsung oleh para pendiri republik ini.

Dalam rangka wujud realisasinya dan mengingatkan sejarah kepada generasi muda Kota Sawahlunto agar memahami dan mengerti sejarah tentunya, diwujudkan ke dalam bentuk Film, dengan judul Perjuangan Kapten Amir Jamin.

Untuk itu, Launching Trailer Film Perjuangan Kapt Amir Jamin yang merupakan bagian dari kepingan sejarah perlawanan anak nagari, tepatnya Kanagarian Kubang, Kota Sawahlunto dilakukan Senin malam (14/12), dengan mengambil tempat di Resto Mak Itam, Kampung Teleng Sawahlunto.

Hadir dalam acara ini, Walikota Sawahlunto Deri Asta SH bersama dengan Ketua DPRD Kota Sawahlunto, Eka Wahyu SE serta para tokoh masyarakat Nagari Kubang dan para undangan lainnya.

Dalam kesempatan ini Walikota Sawahlunto sangat meng-apresiasi kegiatan ini dan menyatakan, “ibarat lama tertimbun oleh waktu namun akhirnya atas inisiasitif warga Kubang dan tentunya didukung oleh pihak pemko Kota Sawahlunto, lahirlah goresan sejarah ini, melalui Film Sejarah. Sehingga generasi muda Sawahlunto tidak buta dengan salah satu akar sejarahnya dan untuk itu, tentunya kita harus bangga,” ujar Deri Asta dalam sambutannya.

Sementara itu, Dandim 0310/Swl-Sjj Letkol Inf Endik Hendra Sandi S Sos mengungkapkan bahwa hal ini, merupakan suatu titik balik bahwa dari daerah kita ini, ternyata juga ada terlahir bahkan berkontribusi cukup besar terhadap kemerdekaan Republik Indonesia.

Seperti kita ketahui, untuk mengibarkan bendera Merah Putih untuk pertama kalinya di Sawahlunto, justru bendera itu telah berkibar terlebih dahulu (16 Agustus 1945) di kawasan Batu Tajam, Kubang, sebelum kemerdekaan RI tanggal 17 Agustus 1945.

“Pengibaran bendera merah putih di Batu Tajam itu, dilakukan langsung oleh Kapt Amir Jamin, ” urai Akhyar Amir (67) putra dari Amir Jamin. Lebih lanjut Akhyar yang pensiunan PLN ini menambahkan bahwa saat itu, “orang orang mengelu-elukan ayahnya sebagai sosok pahlawan bahkan mengibaratkannya sebagai Ayam Jantan dari Sawahlunto,” pungkasnya mengakhiri.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *