Demokrasi Tahun 2019, Pilihan Untuk Anak Muda Dalam Pemilu Tahun 2024

Ditulis Oleh  :  Ir Yohanes Wempi

 

Pada usia semuda itu, perlu ada sikap anak muda memutuskan terjun ke politik elektoral dengan alasan masih sedikit anak muda yang mau berpolitik. Politik itu untuk kepentingan banyak orang, untuk masyarakat. Kalau anak muda anti-politik, bagaimana dia membawa perubahan untuk masyarakat.

Dari desas desus penyusunan bakal calon legislatif dan kepala daerah masih didominasi oleh orang-orang tua, para senior lah. Ternyata masih sedikit partai politik peserta pemilu tahun 2024 yang melibatkan pemuda dalam penyusunan bakal pencalonan di tengah pemilih muda sebagai kelompok usia terbanyak pemilih merupakan tanda pemuda masih dijadikan objek politik, bukan subjek politik.

Di kalangan pemuda pun, “pemuda” belum disadari sebagai identitas politik yang penting dan memiliki andil besar dalam mempengaruhi politik dan kebijakan negara selama ini. Perubahan rezim dilakukan anak muda sebagai pejuangnya.

Saat ini dipartai politik dan masyarakat politisi, pengalaman masih jadi hal yang dipertimbangkan dalam pemilihan jabatan. Aktivisme pemuda yang belum jadi arus utama dalam dinamika politik Indonesia sering dipandang sebelah mata karena aspek pengalaman dan tidak memiliki logistik yang kuat.

Tapi yang perlu diingat, aspek pengalaman bisa bermakna status quo terhadap sistem atau karakter politik. Alih-alih menjadi wakil rakyat, dewan berpengalaman bisa saja sebatas menjadi pribadi mencari kekayaan dan sekedar petugas partai politik karena cenderung mewakili elite partai politik.

Jika aktivisme pemuda bisa meyakinkan masyarakat untuk menjawab kebutuhan perbaikan negri dan bangsa ini, terutama diparlemen, identitas muda sebagai bakal caleg bisa jadi aspek yang menentukan elektabilitas dan kekuatan politik di tahun 2024.

Pengalaman Pemilu sebelumnya tahun 2019, khusus DPR RI turut menyertakan 559 caleg muda dari total 7896 caleg tidak sampai 10 persen. Namun data tersebut tidak turut memperhitungkan caleg partai baru waktu itu.

Catatan dari Partai Berkarya, Partai Hati Nurani Rakyat (Hanura), Partai Demokrat, dan Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia (PKPI). Berarti, paling sedikit terdapat 7,08% calon legislatif berusia muda mewakili 35,42% suara pemuda Indonesia pada waktu itu.

Pengalaman tahun 2019 tersebut dari 16 partai di tingkat nasional, hanya Partai Solidaritas Indonesia (PSI) dan Hanura yang secara tegas menyatakan dukungannya terhadap keberadaan pemuda Indonesia, melalui visi misi mereka. Mereka berpendapat bahwa pemuda sebagai penerus bangsa seharusnya bisa dekat dengan politik, karena pemuda penuh dengan semangat dan idealisme.

Calon legislatif muda terbanyak diusung oleh PSI (174), diikuti oleh PPP (78) dan PKB (65). Dengan data ini, PSI mencitrakan sebagai “partai anak muda” melalui pengusungan caleg muda terbanyak. Sementara keseriusan partai lain dalam mendukung pemuda belum bisa dinilai. Itu fakta pada pemilu 2019 yang lalu.

Penulis mewakili anak muda, dalam tulisan ini mendorong agar pesta demokrasi tahun 2024 diberikan peluang dan ruang sebesar-besarnya pada anak muda disetiap partai politik yang akan jadi peserta pemilu.

Yang sudah senior, usia diatas 60tahunan lebih baik memperbanyak politik pergi kesurau, banyak beribadah dan bertobat untuk persiapan akhirat dan mendorong anak muda bisa berbuat baik dalam demokrasi dipemilu tahun 2024.

 

Editor  :  Robbie

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *