BANGUNAN DAN TAMPILAN BARU PUNCAK PATO BUKIK MARAPALAM

Oleh : ANNISA
Mahasiswa Sastra Unand Padang

Wisata di Sumatera Barat memang selalu menarik untuk dibahas. Tidak hanya makanan yang sudah mendunia, namun juga obyek wisatanya selalu menarik untuk dikunjungi. Pun, destinasi wisatanya, ada banyak pilihan yang bisa dikunjungi. Salah satu destinasi wisata di Bumi Minangkabau yang cukup terkenal adalah Puncak Pato.Puncak Pato memiliki keistimewaan dan berbeda dari obyek wisata di daerah lain. Istimewanya, wisata Puncak Pato tidak hanya menawarkan pemandangan alam yang indah namun juga menyajikan wisata sejarah.
Objek wisata puncak pato terletak di jorong pato, nagari batu bulek, kecematan lintau buo utara, kabupaten tanah datar, Sumatra barat.
Puncak Pato menjadi tujuan wisata favorit karena pesona keindahan alamnya. Di puncak itu, kita akan dimanjakan dengan suguhan pemandangan alam dari ketinggian. Tiupan angin yang berhembus di antara pohon pinus semakin menyejukkan suasana, Dari puncak kita juga akan melihat hamparan perkampungan penduduk dengan rumah-rumahnya yang tertata rapi. Keindahan alam di tempat wisata ini sempurna dengan hamparan sawah yang indah dan hijau. Sejauh mata memandang, terlihat keindahan Gunung Marapi yang sesekali mengeluarkan asap dari kawahnya. Saat cuaca cerah, wisatawan juga bisa menyaksikan keindahan danau Singkarak yang sedikit tertutup awan, Biasanya masyarakat jorong pato dan sekitarnya pada pagi minggu beramai ramai untuk lari pagi ke puncak pato, dan pada hari jumat, sabtu dan minggu atau hari libur wisatawan luar daerah juga banyak yang datang. Dan pada peringatan hari hari tertentu club motor dan club club kendaraan lain juga banyak berkunjung.
Anda tidak perlu khawatir ketika berkunjung ke obyek wisata ini, karena pemerintah setempat telah membenahi dan menambah fasilitas-fasilitas umum yang dibutuhkan wisatawan. Beberapa fasilitas umum yang tersedia di sekitar kawasan Puncak Pato, antara lain:
-Bangunan tempat ibadah, seperti mushola, yang menampung banyak jamaah.
-Kamar kecil (WC) yang selalu terawat untuk memberikan kenyamanan kepada pengunjung.
-Lahan parkir yang luas yang bisa menampung jenis kendaraan besar.
-Infrastruktur jalan diperlebar untuk memberikan kenyamanan kepada pengunjung.
-Tersedia tempat duduk yang diperuntukkan buat pengunjung yang ingin beristirahat atau bersantai sambil menyaksikan pemandangan yang indah.
Panorama puncak pato ini di buka untu umum setiap hari, dan tutup pada pukul 18.00
Sebelum Islam masuk ke wilayah Sumatra Barat, mayarakat Minang mengambil pedoman dalam menjalani hidup dengan melihat alam sebagai guru. Mereka menggali nilai-nilai yang diberikan alam untuk dijadikan landasan hidup. Ketika agama Islam masuk, masyarakat Minang dapat dengan mudah menerimanya karena ajaran Islam sama sekali tidak bertentangan dengan nilai-nilai yang sudah dianut oleh masyarakat Minang itu sendiri.
Pada masa penjajahan Belanda, kolonial Belanda mengadu domba masyarakat Minang dengan memunculkan pertentangan dan perbedaan pendapat, yang melatar belakangi munculnya Perang Paderi. Untuk mengakiri pertentangan dan perbedaan pendapat ini, dilaksanakanlah Piagam Bukik Marapalam yang disebut juga Sumpah Sati Bukik Marapalam. Perjanjian ini merumuskan Adat Basandi Syara’, Syara’ Basandi Kitabullah. Rumusan ini adalah hasil kesepakatan antara pemuka agama dan pemuka adat Minang. Perjanjian ini dilaksanakan di puncak Bukit Pato, Tanah Datar, yang disebut juga bukit Marapalam. Daerah ini dipilih karena posisinya yang strategis karena terletak di wilayah perbukitan antara Kecamatan Lintau Buo Utara dengan kecamatan Sungayang. Piagam Bukik Marapalam ini melahirkan konsep ideologis masyarakat Minang, yang kemudian dijadikan landasan dalam menjalankan kehidupan sosial, budaya, dan politik.

menyimpan beberapa saksi bisu peristiwa sejarah Minangkabau yang di sebut dengan Sumpah Sati Bukit Marapalam. Di tempat sebuah peristiwa sejarah yang sangat berpengaruh besar terhadap budaya adat Minangkabau hingga saat sekarang ini. Karena di Puncak Pato ini adalah tempat pencetus Sumpah Satiah Bukit Marapalam yang mana tempat ini di jadikan saksi agar tercapapainya kesepakatan antara kaum agama dan kaum adat minangkabau.
Yang di capai dalam kesepakatan ini adalah menyatukan antara kaum adat dan kaum agama dan hal ini bukanlah suatu hal yang di pertentangkan, dan pencetusan sebuah sumpah Satiah Bukit Marapalam yang bunyinya adalah “Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah” yang artinya adalah Adat yang di dasarkan kepada agama islam dan syari’at di dasarkan kepada Al-Qur’an dan Hadist. Dan perjanjian ini masih di pegang erat oleh masyarakat Minangkabau hingga saat sekarang ini.
Setelah tercapainya kesepakatan ini, maka untuk itu didirikan tiga buah patung niniak mamak yaitu orang yang di tuakan dalam adat. Atau di sebut juga denganTungku Tigo Sajarangan dalam mengenang sejarah tersebut. Dan ada juga sebuah bangunan yang beratap tingkat dan berundak dan bergonjong seperti khasnya atap rumah adat Minangkabau.
Tidak hanya pemandangan puncak pato dan sejarah nya, sekarang pengunjung panorama juga bisa menikmati senja di Kelok Tamam, berawal dari jalan biasa, terban karena hujan deras beberapa tahun yang lalu, dan sudah dilakukan beberapa perbaikan dan sekarang sudah menjadi tempat pemberhentian oleh pengendara bermotor maupun mobil karena disana sudah banyak masyarakat berjualan.
Tidak hanya itu di sana sudah menjadi surganya pemuda pemudi pada sore hari, ada yang menikmati terbenamnya matahari, ada yang menikmati indahnya kebersamaan dengan teman, ada yang menikmati balapan liar, dan juga ada yang menikmati kasih. Biasanya, disana akan reme sampai malam, apalagi malam minggu, disana sudah menjadi tempat nongkrong.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *