Sumbangan Galodo Tanjung Bonai 2018 Lalu Masuk Kas Nagari, Warga Terkena Dampak Belum Tersentuh

Fhoto : Galodo yang terjadi di Jorong Piubuh Nagari Tanjung Bonai Kecamatan Lintau Buo Utara, pada Oktober 2018 lalu. (Net)

TANAH DATAR, KABARDAERAH, – Sekitar Rp 226 juta lebih dana sumbangan dan wakaf masyarakat dan perantau saat galodo yang menimpa Jorong Piubuh Nagari Tanjung Bonai Kecamatan Lintau Buo Utara, Tanah Datar pada Oktober 2018 lalu ternyata sudah masuk kedalam kas nagari.

Hal itu membuat pendistribusian dana yang berasal dari sumbangan yang diperuntukan bagi masyarakat yang terkena galodo saat itu sulit, sehingga puluhan kepala keluarga (KK) yang terkena dampak belum terjamah bantuan.

“Dana itu baru bisa dipakai sebanyak 70 juta termasuk pajak untuk pembangunan rumah warga yang tidak masuk dalam program bantuan rumah,” ungkap Walinagari Tanjung Bonai Lutfi DT Majo Besar, Sabtu (25/01/2020) saat Musyawarah Nagari.

Ini diakaui Lutfi, jika keputusan untuk memasukan kedalam kas nagari sumbangan galodo dari berbagai pihak itu, sudah melalui koordinasi dengan OPD terkait.

Salah seorang tokoh masyarakat Tanjung Bonai menyesali apa yang menjadi keputusan saat itu tidak melibatkan warga yang terkena dampak. Padahal katanya, yang harus menjadi pertimbangan adalah, itu adalah sumbangan, sedekah, wakaf dari pihak lain untuk korban galodo, ucap Mamak.

Sementara itu, puluhan warga yang terkena dampak galodo yang memakan korban jiwa saat itu hingga saat ini belum terjamah bantuan. Selain dari paket pakaian bekas dan mie instan.

Kejangalan lain, saat ditelusuri oleh media ini, bantuan 200 sak semen yang diperuntukan untuk korban galodo, dialihkan puluhan sak ke pembangunan jembatan Lakuak Code nagari setempat dan rumah tahfiz yang terkena dampak galodo.

Sedangkan ungkap salah seorang warga setempat, pembangunan jembatan mendapat bantuan penuh dari dana CSR PT Bukit Asam.

Hal ini diakui Walinagari, jika CSR PT Bukit Asam tidak mencukupi untuk pembangunan jembatan yang roboh akibat galodo tahun 2018 lalu.

“Memang dana CSR tidak mencukupi, dan hingga saat ini masih tersisa sekitar 24 sak semen bantuan,” tutur Lutfi.

Saat dikonfirmasi media ini kepada Humas PT Bukit Asam masalah biaya pembangunan jembatan Code itu, belum ada jawaban. (Bdoy)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *