Pengamat : Unggul Dari Calon Lain, Darmatani Punya Grassroot Dan Kekuatan Mesin Partai

Ket : Musfi Yendra Dosen Fisipol Univ. Ekasakti Padang (ist)

TANAH DATAR, KABARDAERAH.COM,- Pengamat politik Universitas Ekasakti Padang Musfi Yendra, menyebutkan dari 4 pasang bacalon yang muncul di pilkada 2020 Tanah Datar, pasangan Zuldafri Darma dan Sultani memili peluang menang yang besar.

Menurutnya, pasangan yang diusung oleh koalisi Partai Golkar dan PKS untuk Pilkada Tanah Datar juga memiliki hubungan emosional yang baik dengan politisi lainnya.

“Kedua pasangan ini klop dengan kekuatan yang saling mendukung. Zuldafri Darma, politisi senior di Tanah Datar, memiliki pengalaman dari bawah, sebagai pengurus partai, anggota legislatif dan kini Wabup Tanah Datar. Sosoknya yang sederhana sangat dekat dengan grassroot atau masyarakat umum,” sebut Musfi.

Selain itu, sosok politisi PKS Sutani juga memiliki pengalaman yang baik dalam mendulang suara, ini terbukti dengan terpilihnya Sultani sebagai anggota DPRD Sumbar selama tiga periode dari Dapil Tanah Datar.

Menurut Musfi, selain sosok personalnya, kedua partai pengusung pasangan ini juga akan menjadi mesin politik yang kuat. Sebab mereka adalah kader inti partai pengusung.

“Yang membedakan pasangan Darma-Tani ini dengan kandidat lain adalah mereka merupakan kader inti dari partai pengusung. Bukan sekedar menumpang perahu atau mengurus KTA dadakan menjelang Pilkada saja. Pak Epi itu Ketua Golkar Tanah Datar dan Pak Sultani juga pengurus DPW PKS. Saya sangat yakin mesin kedua partai ini akan bergerak dengan cepat,” jelasnya.

Dosen Fisipol Universitas Ekasakti Padang ini juga menilai, jika kedua partai memiliki basis yang kuat di seluruh kecamatan yang ada di Tanah Datar.

“Itu sangat berbeda dengan partai lain, yang tidak mengusung kadernya sendiri. Mesin partai tidak akan bergerak, simpul bawah akan mati. Jadi peluang menang itu sangat besar,” ungkap putra Tabek Nagari Pariangan ini.

Pengiat Sosial Sumatera Barat ini juga berpendapat, pada pilkada ini sarat dengan kepentingan elit partai, apalagi jika partai mengusung yang bukan kadernya sendiri karena faktor beli perahu umpamanya.

“Itu rawan konflik di internal kadernya. Sehingga mesin politiknya tidak akan bergerak. Saya juga yakin akan banyak kader partai menyeberang ke kandidat lain,” katanya. (**)

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *