Pak Tua “Sudah Lah”, Politik Indonesia

Ditulis Oleh  :  Labai Korok Piaman

 

Era tahun 90an, dimana Penulis sudah mengenal lirik lagu Indonesia, ada satu lirik lagu yang cocok dengan realita politik hari ini yaitu Pak Tua (itu judulnya). Penulis masih ingat seperti ini liriknya ;
Kamu yang sudah tua apa kabarmu
Katanya baru sembuh katanya sakit
Jantung ginjal dan encok sedikit sarap
Hati-hati Pak Tua istirahatlah
Diluar banyak angin

Kamu yang murah senyum memegang perut
Badanmu s’makin tambun memandang langit
Hari menjelang magrib Pak Tua ngantuk
Istri manis menunggu istirahatlah
Diluar banyak angin

Pak Tua sudahlah
Engkau sudah terlihat lelah oh ya
Pak Tua sudahlah
Kami mampu untuk bekerja oh ya
Pak Tua oh oh

Kamu yang murah senyum memegang perut
Badanmu s’makin tambun memandang langit
Hari menjelang magrib Pak Tua ngantuk
Istri manis menunggu istirahatlah
Diluar banyak angin

Pak Tua sudahlah
Engkau sudah terlihat lelah oh ya
Pak Tua sudahlah
Kami mampu untuk bekerja oh ya

Pak Tua sudahlah
Engkau sudah terlihat lelah oh ya
Pak Tua sudahlah
Kami mampu untuk bekerja oh ya
Pak Tua oh oh

Lagu itu sangat relevan dengan kehidupan politik berbangsa dan bernegara. Sekarang banyak pak tua, ibu tua yang menguasai negeri ini, semuanya diatas umur 65 tahun. Jika dilihat dari profil riwayat hidup, rata-rata pak tua merupakan tokoh-tokoh orde baru yang sangat prakmatis dan oportunis.

Pak tua menguasai semua sekmen kehidupan berbangsa dan bernegara, sendi-sendi sumber daya dikuasai tampa ampun, dimana banyak perusahaanya, dimana kekuasaan mengurita miliknya, dimana-mana kehidupannya mewah transparan nampak, kekayaan jangan dibilang lagi, kalkulator pedagang asongan tidak bisa lagi menghitung angka yang tertera dikekayaan pak tua.

Tapi apa dikata pak tua ini memiliki kekuasaan politik yang sangat signifikan hari ini, dengan kekuatan politik pak tua atau ada juga ibu tua dimainkan ibarat film India atau bak cerita telenovela yang awal kekuasaan karena ingin berkuasa dibuat sistim pemilu proporsional terbuka.

Sekarang karena usia pak tua dan ibu tua sudah sangat uzur, sedangkan keturunan belum kuat, maka sistim pemilu pun rencana secara politik dirubah menjadi sistim proposional tertutup. Intinya semua permainan sudah dikuasai, anak muda aktivis akan tetap tersingkirkan, sabar menunggu.

Pertanyaannya wahai pak tua mau berapa periode lagi kalian berkuasa, mengendalikan negeri ini?. Pak tua sudah masuk dalam sistem pemerintahan, kekuasan sudah puluhan tahun. Apa tidak bosan?.

Namun katanya agar bisa ikut merubah bangsa ini menjadi lebih baik dari era sebelumnya. Tapi jika pak tua dan dan ibu tua sudah 10 tahun, 15 tahun, bahkan ada yg 30 tahun menjadi pejabat publik, memegang kekuasaan, mau berapa lama lagi sih pak tua dan ibu tua disini.

Pak Tua dan Ibu Tua Ketahuilah, jika kita sudah 2 periode dan sampai 5 periode dalam kekuasaan (DPR, DPRD, DPD, Kepala Daerah) ini, dan tetap begitu juga situasinya negara ini, malah makin hancur bangsa ini dengan segala virus KKNnya, mbok ya nyadar diri, gantian, kasih kesempatan ke yang lain, generasi muda yang lebih cemerlang dan memiliki integritas.

Karena toh, 5, 6 periode menjabat (apapaun jabatannya), dan situasi tidak berubah, itu artinya jangan-jangan memang masalahnya sama pak tua atau ibu tua yang memang tidak kompeten. Siapa tahu yg lain lebih berani, lebih brilian solusinya. Gantian.

Pak tua istirhat atau mari cari pengabdian lain. Kehilangan gaji, fasilitas negara, kekuasaan, dll itu tidak menyedihkan karena pak tua tinggal menunggu mati.

Melainkan kehilangan ‘mata hati’-lah (yang menyedihkan). Saat kita luput, merasa sedang berjuang demi kepentingan orang banyak, eh, sebenarnya berjuang demi diri sendiri dan keluarga untuk mendapatkan harta berlimpah ruah.

Pak tua, sedih generasi ini melihatnya, puluhan tahun lebih rebutan jabatan publik, lagi, lagi, dan lagi ingin menjabat jadi DPRD, DPR, DPD, bupati, gubernur. Kapan cukupnya?.

Terkadang pak tua dan ibu tua sudah tersandung kasus korupsi, kasus moral, namun tetap juga mau berkuasa, mau juga jadi pejabat publik. Pak tua sudah lah.

 

Editor  :  Robbie

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *